BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gender
adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menggambarkan pembedaan antara
laki-laki dan perempuan secara sosial maupun cultural. Sebagai contohnya;
perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan sebagainya. Sementara
laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa dan sebagainya. Sifat-sifat
tersebut bukan kodrat karena tidak
selamanya, namun bisa saja di pertukarkan. Artinya laki-laki bisa saja ada yang
emosional, keibuan ataupun lemah lembut, dan perempuan ada juga yang kuat,
perkasa dan keayahan.
Gender
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : Pengaruh biogis, pengaruh sosial
dan pengaruh kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi gender secara umum?
2. Apa saja yang mempengaruhi gender? Jelaskan !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gender secara umum.
2. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi
gender secara rinci.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Biologis
Ketika
tubuh dialiri oleh hormon (androgen & estrogen), anak perempuan mulai berperilaku
feminin, sementara laki-laki berperilaku maskulin, karena beranggapan bahwa
perilaku semacam itu dapat meningkatkan seksualitas. Sigmund Freud dan Erickson
berpendapat bahwa genital individu mempengaruhi perilaku gendernya sehingga
anatomi adalah takdir. Gender dan perilaku seksual tidak dipelajari dan
bersifat insting. Menurut struktur genital, laki-laki memiliki sifat lebih suka
mencampuri dan lebih agresif, sementara perempuan memiliki sifat lebih inklusif
dan pasif. Psikologi evolusioner menekan bahwa adaptasi yang berlangsung selama evolusi telah menghasilkan
perbedaan-perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.
B. Pengaruh Sosial
Teori
peran sosial (social role theory) menyatakan bahwa perbedaan gender terutama
diakibatkan olehperbedaan yang ekstrem antara perempuan dan laki-laki.
Disebagian
besar budaya di dunia, perempuan dianggap memiliki kekuasaan dan status yang
lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan perempuan juga memiliki kontrol yang
lebih kecil terhadap sumber daya.
Dengan
demikian, hierarki sosial dan pembagian tenaga kerja merupakan penyebab penting
dari perbedaan gender dalam hal kekuasaan, asertivitas, dan pengasuh. Pengaruh
sosial terhadap gender dapat dipengaruhi oleh pengaruh orang tua, saudara
kandung, kawan sebaya, sekolah dan guru, serta pengaruh media masa. Berikut
akan dijelaskan:
§ Pengaruh Orang Tua
Melalui
tindakannya, orang tua dapat mempengaruhi perkembangan gender anak-anak dan
remaja.
Teori
kognisi sosial mengenai gender (social cognitive theory of gender) menekankan
bahwa perkembangan gender anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pengamtan dan
imitasi mereka terhadap perilaku gender orang lain, maupun hadiah dan hukuman
yang dialami apabila mereka menampilkan perilaku yang sesuai atau tidak sesuai
dengan gendernya.
Ketika
mengamati orang tua dan orang dewasa lain maupun kawan-kawan sebaya, di rumah,
sekolah, dan media, remaja dihadapkan pada berbagai model yang memperlihatkan
perilaku maskulin dan feminim. Serta orang tua sering menggunakan imbalan dan
hukuman untuk mengajarkan anak-anak perempuannya agar feminim dan anak
laki-laki agar maskulin.
§ Pengaruh Saudara Kandung
Sebuah
studi mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu dua tahun di masa remaja awal, saudara
kandung menjadi lebih menyerupai saudara kandung yang lebih tua dalam hal
peran-gender dan aktivitas waktu luang.
§ Pengaruh Kawan Sebaya
Remaja
meluangkan sejumlah waktu bersama kawan-kawan sebaya. Di masa remaja,
persetujuan atau penolakan
dari
kawan-kawan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku gender.
Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku-perilaku maskulin terhadap satu sama
lain dan memperkuatknya, demikian pula anak-anak perempuan juga saling
mengajarkan perilaku feminim.
§ Pengaruh Sekolah dan Guru
Terdapat
kekuatiran bahwa sekolah dan guru-guru memiliki bias terhadap laki-laki dan
perempuan. Berikut beberpa faktor-faktor
yang memperlihatkan bias kelas terhadap murid laki-laki, antara lain:
a.
Kepatuhan mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib.
b.
Mayoritas guru di sekolah dasar adalah perempuan.
c.
Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak memilki masalah dalam
belajar.
d.
Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak memperoleh kritik.
e.
Para pegawai sekolah cenderung mengabaikan kenyataan bahwa banyak laki-laki memiliki masalah akademis,
khususnya dalam bidang seni bahasa.
f.
Para pegawai sekolah cenderung memiliki stereotip bahwa perilaku
laki-laki itu bermasalah.
Menurut Myra dan David Sadker terdapat
fakta-fakta yang memperlihatkan bias
kelas terhadap murid-murid perempuan, antara lain:
a.
Di dalam ruang kelas tipikal, murid perempuan cenderung lebih patuh,
murid laki-laki cenderung lebih sulit dikendalikan. Murid laki-laki lebih
banyak menuntut perhatian, perempuan lebih tenang menunggu gilirannya.
b.
Di banyak ruang kelas, para guru meluangkan waktu lebih banyak untuk
memperhatikan dan berinteraksi denngan murid laki-laki sementara murid
perempuan lebih banyak dibiarkan bekerja dan bermain dengan tenang sendirian.
c.
Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki lebih banyak memperoleh
instruksi dan bantuan apabila mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
d.
Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki cenderung lebih sering
memperoleh ranking rendah dan tinggal di kelas.
e.
Murid perempuan dan murid laki-laki memasuki kelas satu dengan tingkat
harga-diri yang kurang lebih sama. Meskipun demikian, di sekolah menengah,
harga-diri murid perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan harga-diri murid
laki-laki.
f.
Ketika anak-anak sekolah dasar diminta untuk membuat daftar mengenai apa
yang diinginkan setelah besar nanti, murid laki-laki cenderung lebih banyak
menyebutkan pilihan karier dibandingkan murid perempuan.
Demikian
terdapat bukti yang memperlihatkan adanya bias gender terhadap laki-laki dan
perempuan di sekolah. Sikap-sikap ini bersumber dan memperolah dukungan dari
budaya. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk mengurangi bias gender ini adalah menyadari adanya bias
ini.
§ Penggaruh Media Massa
Masa
remaja awal dapat menjadi sebuah masa yang sensitif terhadap pesan-pesan
televisi mengenai peran gender. Tayangan televisi mengenai remaja sangat
diwarnai oleh stereotip mengenai jenis kelamin, khususnya pada remaja
perempuan.
Sebuah
studi menemukan bahwa remaja perempuan digambarkan sebagai sosok yang
mementingkan pacaran, belanja, dan
penampilan. Mereka jarang diperlihatkan sebagai sosok yang tertarik dalam
kegiatan sekolah atau perencanaan karier. Perempuan yang menarik sering kali
dikategorikan sebagai “kepala kosong” dan perempuan yang inteligen sebagai
tidak menarik. Dalam video musik karakter perempuan banyak digambarkan pasif,
sementaralaki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif, dominan, kompeten,
otonom, dan aktif. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang lebih kuat
dibandingkan perempuan di berbagai
tayangan televisi.
C.
Pengaruh
Kognitif
Terdapat dua teori kognitif yang
menekankan bahwa individu secara aktif menyusun dunia gendernya, antara lain:
§ Teori
Perkembangan Kognitif Mengenai Gender (cognitive developmental theory of
gender)
Menyatakan bahwa tipe-gender
terjadi setelah anak-anak memikirkan dirinya sendiri dan secara konsisten
memandang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Anak-anak memilih
aktivitas, benda-benda, dan sikap yang konsisten dengan label ini.
§ Teori
Skema Gender (gender schema thoery)
Menyatakan bahwa jenis-gender
muncul ketika individu secara bertahap mengembangkan skema gender mengenai
gender yang sesuai dan tidak sesuai dengan budayanya. Skema (schema) adalah
struktur kognitif, sebuah jaringan kerja asosiasi yang membimbing persepsi
individu. Skema gender (gender schema) mengorganisasikan dunia menurut
perempuan dan laki-laki. Individu secara internal dimotivasi untuk menangkap
dunianya dan bertindak sesuai dengan perkembangan skemanya.
Teori perkembangan kognitif
mengenai gender, yang awalnya dikembangan oleh Lawrence Kohlberg, menyatakan
bahwa perkembangan gender tergantung pada kognisi.
Tidak seperti teori perkembangan
kognitif, teori skema gender tidak menuntut anak-anak untuk menangkap konstansi
gender sebelum mereka mulai menerapkan tipe-gender. Tipe gender muncul ketika
anak-anak telah siap untuk mengenali dan mengorganisasikan informasi mengenai
hal-hal yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-laki di masyarakat.
Jadi, faktor-faktor kognitif berkontribusi
terhadap cara remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki dan perempuan.
Melalui proses-proses bilologis, sosial, dan kognitif, anak-anak mengembangkan
sikap dan perilaku gendernya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gender adalah suatu istilah yang di
gunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara
sosial maupun cultural. Sebagai contohnya; perempuan dianggap lemah lembut,
emosional, keibuan dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional,
perkasa dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut bukan kodrat karena tidak selamanya, namun
bisa saja di pertukarkan. Artinya laki-laki bisa saja ada yang emosional,
keibuan ataupun lemah lembut, dan perempuan ada juga yang kuat, perkasa dan keayahan.
Gender dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya : Pengaruh biogis, pengaruh sosial dan pengaruh kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, S. b. (2012, 12). Perbedaan
Gender dan Seks. Retrieved from Writer-Man: http://safriansyahbinhasan.blogspot.sg/2012/12/my-articles.html
Sefrinta, P. (2012, 4). Gender.
Retrieved from Scribd:
http://www.scribd.com/doc/182831711/Psikologi-Perkembangan-Gender-pptx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar