Selasa, 07 Juni 2016

GENDER



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gender adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial maupun cultural. Sebagai contohnya; perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut  bukan kodrat karena tidak selamanya, namun bisa saja di pertukarkan. Artinya laki-laki bisa saja ada yang emosional, keibuan ataupun lemah lembut, dan perempuan ada juga yang kuat, perkasa dan keayahan.
Gender dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : Pengaruh biogis, pengaruh sosial dan pengaruh kognitif.
B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana definisi gender secara umum?
2.    Apa saja yang mempengaruhi gender? Jelaskan !
C. Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi gender secara umum.
2.    Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi gender secara rinci.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengaruh Biologis
Ketika tubuh dialiri oleh hormon (androgen & estrogen), anak perempuan mulai berperilaku feminin, sementara laki-laki berperilaku maskulin, karena beranggapan bahwa perilaku semacam itu dapat meningkatkan seksualitas. Sigmund Freud dan Erickson berpendapat bahwa genital individu mempengaruhi perilaku gendernya sehingga anatomi adalah takdir. Gender dan perilaku seksual tidak dipelajari dan bersifat insting. Menurut struktur genital, laki-laki memiliki sifat lebih suka mencampuri dan lebih agresif, sementara perempuan memiliki sifat lebih inklusif dan pasif. Psikologi evolusioner menekan bahwa adaptasi yang  berlangsung selama evolusi telah menghasilkan perbedaan-perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.
B.  Pengaruh Sosial
Teori peran sosial (social role theory) menyatakan bahwa perbedaan gender terutama diakibatkan olehperbedaan yang ekstrem antara perempuan dan laki-laki.
Disebagian besar budaya di dunia, perempuan dianggap memiliki kekuasaan dan status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan perempuan juga memiliki kontrol yang lebih kecil terhadap sumber daya.
Dengan demikian, hierarki sosial dan pembagian tenaga kerja merupakan penyebab penting dari perbedaan gender dalam hal kekuasaan, asertivitas, dan pengasuh. Pengaruh sosial terhadap gender dapat dipengaruhi oleh pengaruh orang tua, saudara kandung, kawan sebaya, sekolah dan guru, serta pengaruh media masa. Berikut akan dijelaskan:
§                        Pengaruh Orang Tua
Melalui tindakannya, orang tua dapat mempengaruhi perkembangan gender anak-anak dan remaja.
Teori kognisi sosial mengenai gender (social cognitive theory of gender) menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pengamtan dan imitasi mereka terhadap perilaku gender orang lain, maupun hadiah dan hukuman yang dialami apabila mereka menampilkan perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gendernya.
Ketika mengamati orang tua dan orang dewasa lain maupun kawan-kawan sebaya, di rumah, sekolah, dan media, remaja dihadapkan pada berbagai model yang memperlihatkan perilaku maskulin dan feminim. Serta orang tua sering menggunakan imbalan dan hukuman untuk mengajarkan anak-anak perempuannya agar feminim dan anak laki-laki agar maskulin.
§                               Pengaruh Saudara Kandung
Sebuah studi mengungkapkan bahwa dalam jangka  waktu dua tahun di masa remaja awal, saudara kandung menjadi lebih menyerupai saudara kandung yang lebih tua dalam hal peran-gender dan aktivitas waktu luang.
§                                Pengaruh Kawan Sebaya
Remaja meluangkan sejumlah waktu bersama kawan-kawan sebaya. Di masa remaja, persetujuan atau penolakan
dari kawan-kawan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku gender. Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku-perilaku maskulin terhadap satu sama lain dan memperkuatknya, demikian pula anak-anak perempuan juga saling mengajarkan perilaku feminim.
§                               Pengaruh Sekolah dan Guru
Terdapat kekuatiran bahwa sekolah dan guru-guru memiliki bias terhadap laki-laki dan perempuan. Berikut beberpa faktor-faktor  yang memperlihatkan bias kelas terhadap murid laki-laki, antara lain:
a.       Kepatuhan mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib.
b.      Mayoritas guru di sekolah dasar adalah perempuan.
c.       Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak memilki masalah dalam belajar.
d.      Dibanding perempuan, laki-laki lebih banyak memperoleh kritik.
e.       Para pegawai sekolah cenderung mengabaikan kenyataan bahwa  banyak laki-laki memiliki masalah akademis, khususnya dalam  bidang seni bahasa.
f.       Para pegawai sekolah cenderung memiliki stereotip bahwa perilaku laki-laki itu bermasalah.
 Menurut Myra dan David Sadker terdapat fakta-fakta yang memperlihatkan  bias kelas terhadap murid-murid perempuan, antara lain:
a.       Di dalam ruang kelas tipikal, murid perempuan cenderung lebih patuh, murid laki-laki cenderung lebih sulit dikendalikan. Murid laki-laki lebih banyak menuntut perhatian, perempuan lebih tenang menunggu gilirannya.
b.      Di banyak ruang kelas, para guru meluangkan waktu lebih banyak untuk memperhatikan dan berinteraksi denngan murid laki-laki sementara murid perempuan lebih banyak dibiarkan bekerja dan bermain dengan tenang sendirian.
c.       Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki lebih banyak memperoleh instruksi dan bantuan apabila mengalami kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
d.      Dibandingkan murid perempuan, murid laki-laki cenderung lebih sering memperoleh ranking rendah dan tinggal di kelas.
e.       Murid perempuan dan murid laki-laki memasuki kelas satu dengan tingkat harga-diri yang kurang lebih sama. Meskipun demikian, di sekolah menengah, harga-diri murid perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan harga-diri murid laki-laki.
f.       Ketika anak-anak sekolah dasar diminta untuk membuat daftar mengenai apa yang diinginkan setelah besar nanti, murid laki-laki cenderung lebih banyak menyebutkan pilihan karier dibandingkan murid perempuan.
Demikian terdapat bukti yang memperlihatkan adanya bias gender terhadap laki-laki dan perempuan di sekolah. Sikap-sikap ini bersumber dan memperolah dukungan dari budaya. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk mengurangi  bias gender ini adalah menyadari adanya bias ini.
§                                Penggaruh Media Massa
Masa remaja awal dapat menjadi sebuah masa yang sensitif terhadap pesan-pesan televisi mengenai peran gender. Tayangan televisi mengenai remaja sangat diwarnai oleh stereotip mengenai jenis kelamin, khususnya pada remaja perempuan.
Sebuah studi menemukan bahwa remaja perempuan digambarkan sebagai sosok yang mementingkan pacaran,  belanja, dan penampilan. Mereka jarang diperlihatkan sebagai sosok yang tertarik dalam kegiatan sekolah atau perencanaan karier. Perempuan yang menarik sering kali dikategorikan sebagai “kepala kosong” dan perempuan yang inteligen sebagai tidak menarik. Dalam video musik karakter perempuan banyak digambarkan pasif, sementaralaki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif, dominan, kompeten, otonom, dan aktif. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang lebih kuat dibandingkan perempuan di  berbagai tayangan televisi.
C.  Pengaruh Kognitif
Terdapat dua teori kognitif yang menekankan bahwa individu secara aktif menyusun dunia gendernya, antara lain:
§                         Teori Perkembangan Kognitif Mengenai Gender (cognitive developmental theory of gender)
Menyatakan bahwa tipe-gender terjadi setelah anak-anak memikirkan dirinya sendiri dan secara konsisten memandang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Anak-anak memilih aktivitas, benda-benda, dan sikap yang konsisten dengan label ini.
§                            Teori Skema Gender (gender schema thoery)
Menyatakan bahwa jenis-gender muncul ketika individu secara bertahap mengembangkan skema gender mengenai gender yang sesuai dan tidak sesuai dengan budayanya. Skema (schema) adalah struktur kognitif, sebuah jaringan kerja asosiasi yang membimbing persepsi individu. Skema gender (gender schema) mengorganisasikan dunia menurut perempuan dan laki-laki. Individu secara internal dimotivasi untuk menangkap dunianya dan bertindak sesuai dengan perkembangan skemanya.
Teori perkembangan kognitif mengenai gender, yang awalnya dikembangan oleh Lawrence Kohlberg, menyatakan bahwa perkembangan gender tergantung pada kognisi.
Tidak seperti teori perkembangan kognitif, teori skema gender tidak menuntut anak-anak untuk menangkap konstansi gender sebelum mereka mulai menerapkan tipe-gender. Tipe gender muncul ketika anak-anak telah siap untuk mengenali dan mengorganisasikan informasi mengenai hal-hal yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-laki di masyarakat.
 Jadi, faktor-faktor kognitif berkontribusi terhadap cara remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki dan perempuan. Melalui proses-proses bilologis, sosial, dan kognitif, anak-anak mengembangkan sikap dan perilaku gendernya.











BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Gender adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial maupun cultural. Sebagai contohnya; perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut  bukan kodrat karena tidak selamanya, namun bisa saja di pertukarkan. Artinya laki-laki bisa saja ada yang emosional, keibuan ataupun lemah lembut, dan perempuan ada juga yang kuat, perkasa dan keayahan.
Gender dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : Pengaruh biogis, pengaruh sosial dan pengaruh kognitif.






DAFTAR PUSTAKA

 

Hasan, S. b. (2012, 12). Perbedaan Gender dan Seks. Retrieved from Writer-Man: http://safriansyahbinhasan.blogspot.sg/2012/12/my-articles.html
Sefrinta, P. (2012, 4). Gender. Retrieved from Scribd: http://www.scribd.com/doc/182831711/Psikologi-Perkembangan-Gender-pptx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar